BILA ingin tahu bagaimana rasanya disopiri Dirut PT Pindad, maka sebaiknya kita bertanya kepada Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto. Pasalnya, baru-baru ini dia berkesempatan mencoba ketangguhan kendaraan taktis (Rantis) APR I V-I produksi Pindad dan sekaligus bertindak sebagai sopir adalah Dirut Pindad Budi Santoso.
Rantis yang kini masih sebagai prototipe jenis Armoured Personil Carrier (APC) itu melahap trek khusus yang telah tersedia di kawasan Pindad. Kendati kondisi trek atau lintasannya di daerah hutan-hutan, kendaraan tersebut ternyata mampu melaju dengan lincah.
Panglima saat itu terlihat banyak bertanya dan sering memeriksa bagian-bagian rantis tersebut. Sasis dan mesinnya diambil dari truk kelas tiga perempat dengan silinder 4.570 cc itu. Berkekuatan 3.200 tenaga kuda dan mampu melaju dengan kecepatan maksimum 100 km/jam. Dengan demikian, tidak aneh apabila rantis tersebut mampu bergerak dengan lincah setelah melewati proses uji displacement body (gaya terhadap badan kendaraan, pengelasan kritis dalam keadaan vibrate (guncangan) dan statis. Juga saat pengujian tanjakan hingga mencapai 60%. "Yang jelas, rantis sudah melalui uji yang paling ekstrem sekalipun," ungkap staf humas PT Pindad Toni JAS.
Kelahiran rantis tersebut memang dibidani oleh TNI pada 14 Juli 2003. Pada kesempatan itu, Endriartono meminta agar Pindad membuat kendaraan angkut personel untuk daerah rawan. Pada sisi lain, ditujukan pula sebagai pengganti rantis/ranpur TNI yang usianya sudah tua dan tidak efisien lagi. Saat kunjungan itu, Panglima pun mengutarakan, langkah itu juga bagian dari mengurangi ketergantungan pada peralatan pertahanan dari luar.
Kemampuan Tempur
Kelahiran APR I V-I secara konsep pertempuran dirancang untuk meningkatkan performansi kemampuan tempur prajurit infanteri dalam rangka mengejar dan mendekat ke sasaran musuh atau dikenal sebagai konsep mechanize infantry.
Pindad memang mampu memenuhi permintaan itu. Desain yang dikerjakan Ir Sena dari Divisi Ranpur PT Pindad, pada 11 Agustus 2003 memunculkan contoh desain yang dilanjutkan finalisasi desain untuk kemudian dilakukan pengerjaan prototipe.
Seiring dengan waktu, rantis itu pun mampu melalui uji keandalannya di medan yang sesungguhnya. Rantis sebagai angkutan personel ringan varian I itu, kini tengah melahap belantara Aceh, memperkuat kendaraan tempur TNI untuk menumpas Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Rantis APR itu bisa memuat 12 personel termasuk sopir. Badannya dilapisi baja tahan peluru 8-6 mm, sehingga membuatnya kendaraan itu tahan tembakan dari peluru kaliber 5,56 mm dan 7,62 mm dengan jarak tembak 25 meter. Begitu pula kacanya antipeluru.
Untuk melindungi kendaraan dan penumpangnya dari sergapan musuh, di atas badan kendaraan dipasang turret yang mampu berputar 360 derajat. Menggunakan mounting gun, sehingga dapat dipasangi Automatic Granade Launcher (AGL) 40, SMB 12,7 mm, dan SMS 7,62mm. Itu pun belum cukup, karena masih dilengkapi pelontar granat kaliber 60 mm yang dapat digunakan melontarkan granat asap dan tajam. Dari dalam kabin ada juga ada bilik-bilik penembakan untuk prajurit yang menjadi penumpangnya.
Untuk harga ditanggung sangat murah dibandingkan dengan produk serupa dari negara lain. Harga per unitnya lebih kurang Rp 500 juta. Padahal, produk serupa dari negara lain bisa di atas Rp 1 miliar. Untuk tahap pertama, TNI baru memesan 40 unit. Jika anggaran memungkinkan, tak menutup kemungkinan akan menambah pesanannya.
Rantis APR I V-I memang murni produk Pindad. Sebelumnya, mereka berpengalaman memproduksi jenis VW Mitra, konsep desain mobil nasional (mobnas) Maleo, berkerja sama dengan Alvis berpartisipasi dalam produksi tank Scorpion, memodifikasi Land Rover menjadi Light Armour Personal Carrier dan Combat Armour Carier.
Rantis yang kini masih sebagai prototipe jenis Armoured Personil Carrier (APC) itu melahap trek khusus yang telah tersedia di kawasan Pindad. Kendati kondisi trek atau lintasannya di daerah hutan-hutan, kendaraan tersebut ternyata mampu melaju dengan lincah.
Panglima saat itu terlihat banyak bertanya dan sering memeriksa bagian-bagian rantis tersebut. Sasis dan mesinnya diambil dari truk kelas tiga perempat dengan silinder 4.570 cc itu. Berkekuatan 3.200 tenaga kuda dan mampu melaju dengan kecepatan maksimum 100 km/jam. Dengan demikian, tidak aneh apabila rantis tersebut mampu bergerak dengan lincah setelah melewati proses uji displacement body (gaya terhadap badan kendaraan, pengelasan kritis dalam keadaan vibrate (guncangan) dan statis. Juga saat pengujian tanjakan hingga mencapai 60%. "Yang jelas, rantis sudah melalui uji yang paling ekstrem sekalipun," ungkap staf humas PT Pindad Toni JAS.
Kelahiran rantis tersebut memang dibidani oleh TNI pada 14 Juli 2003. Pada kesempatan itu, Endriartono meminta agar Pindad membuat kendaraan angkut personel untuk daerah rawan. Pada sisi lain, ditujukan pula sebagai pengganti rantis/ranpur TNI yang usianya sudah tua dan tidak efisien lagi. Saat kunjungan itu, Panglima pun mengutarakan, langkah itu juga bagian dari mengurangi ketergantungan pada peralatan pertahanan dari luar.
Kemampuan Tempur
Kelahiran APR I V-I secara konsep pertempuran dirancang untuk meningkatkan performansi kemampuan tempur prajurit infanteri dalam rangka mengejar dan mendekat ke sasaran musuh atau dikenal sebagai konsep mechanize infantry.
Pindad memang mampu memenuhi permintaan itu. Desain yang dikerjakan Ir Sena dari Divisi Ranpur PT Pindad, pada 11 Agustus 2003 memunculkan contoh desain yang dilanjutkan finalisasi desain untuk kemudian dilakukan pengerjaan prototipe.
Seiring dengan waktu, rantis itu pun mampu melalui uji keandalannya di medan yang sesungguhnya. Rantis sebagai angkutan personel ringan varian I itu, kini tengah melahap belantara Aceh, memperkuat kendaraan tempur TNI untuk menumpas Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Rantis APR itu bisa memuat 12 personel termasuk sopir. Badannya dilapisi baja tahan peluru 8-6 mm, sehingga membuatnya kendaraan itu tahan tembakan dari peluru kaliber 5,56 mm dan 7,62 mm dengan jarak tembak 25 meter. Begitu pula kacanya antipeluru.
Untuk melindungi kendaraan dan penumpangnya dari sergapan musuh, di atas badan kendaraan dipasang turret yang mampu berputar 360 derajat. Menggunakan mounting gun, sehingga dapat dipasangi Automatic Granade Launcher (AGL) 40, SMB 12,7 mm, dan SMS 7,62mm. Itu pun belum cukup, karena masih dilengkapi pelontar granat kaliber 60 mm yang dapat digunakan melontarkan granat asap dan tajam. Dari dalam kabin ada juga ada bilik-bilik penembakan untuk prajurit yang menjadi penumpangnya.
Untuk harga ditanggung sangat murah dibandingkan dengan produk serupa dari negara lain. Harga per unitnya lebih kurang Rp 500 juta. Padahal, produk serupa dari negara lain bisa di atas Rp 1 miliar. Untuk tahap pertama, TNI baru memesan 40 unit. Jika anggaran memungkinkan, tak menutup kemungkinan akan menambah pesanannya.
Rantis APR I V-I memang murni produk Pindad. Sebelumnya, mereka berpengalaman memproduksi jenis VW Mitra, konsep desain mobil nasional (mobnas) Maleo, berkerja sama dengan Alvis berpartisipasi dalam produksi tank Scorpion, memodifikasi Land Rover menjadi Light Armour Personal Carrier dan Combat Armour Carier.
loading...
No comments:
Post a Comment